Hanya Khilafah Yang Bisa Menghentikan Kekejian Israel
[al-Islam 437]
Sepekan lebih sudah kita menyaksikan kebiadaban bangsa Yahudi-Israel
atas kaum Muslim di Gaza, Palestina. Sekitar 600 orang telah tewas dan
4000 lebih mengalami luka-luka serius. Angka ini terus bergerak naik
dari hari-ke hari seiring dengan tindakan agresor biadab Israel di Gaza.
Lebih dari seribu misil meluluhlantahkan rumah, masjid, rumah sakit dan
fasilitas umum lainya. Reruntuhan puing bangunan yang hangus bercampur
asap dan ceceran darah kaum Muslim seolah menjadi pemandangan biasa di
Gaza. Israel dengan pasukan penuh bergerak
masuk ke jantung Gaza dan memisahkan Gaza dalam dua teritorial.
Akibatnya, kaum Muslim di Gaza makin sulit untuk bertahan hidup
sekalipun hanya sekadar untuk bernafas. Dada terasa sesak. Rasanya
mereka setiap menit perlu berpamitan mengucapkan salam perpisahan kepada
sanak familinya yang masih hidup, karena tidak ada jaminan bahwa
menit-menit berikutnya atau di hari esoknya mereka masih punya
kesempatan hidup.
Blokade dua tahun telah melahirkan
derita yang memilukan. Hanya untuk bertahan hidup sejumlah keluarga
Muslim Palestina (di Jalur Gaza) harus makan rumput. Agresi Israel kali
ini tentu semakin memperparah keadaan mereka. Pada saat yang sama, tidak
ada pintu perbatasan yang dibuka. Akibatnya, mereka seolah hidup dalam
penjara besar, dan setiap saat siap bergelimang darah.
Para Penguasa Muslim Bersekongkol
Setelah institusi Khilafah Islam
dihapus, Israel telah melakukan kebiadaban di luar batas kemanusiaan
terhadap umat Islam sejak puluhan tahun lalu. Pekan-pekan ini adalah
pengulangan yang ke sekian kalinya. Sejak tahun 1947 tercatat 23 kali
peristiwa pembantaian umat Islam yang dilakukan tangan-tangan najis
bangsa kera tersebut. Sejak tahun 1967, 18.147 rumah warga Palestina
dihancurkan. Sejak tahun 1992, lebih dari 65 resolusi DK PBB dikeluarkan
untuk menghentikan tindakan brutal Israel. Namun, tak satu pun yang
dilaksanakan PBB. Sejak tahun 2000, lebih dari 33.034 warga Palestina
cedera, 4.876 tewas, termasuk 1050 anak-anak.
Melanggar aturan seolah menjadi watak
dasar bangsa Israel ini, sebagaimana mereka terbiasa melanggar
perintah-perintah Tuhan mereka. Serangan di akhir tahun 2008 ini dimulai
pada hari Sabat yang disucikan orang-orang Yahudi. Pada hari itu,
mereka seharusnya berdiam di rumah. Namun, yang terjadi mereka justru
melanggarnya. Mereka bahkan menumpahkan darah-darah orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mahabenar Allah Yang berfirman:
Sesungguhnya kalian pasti akan mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (QS al-Maidah [5]: 82).
Kecaman dunia tinggal kecaman. Cacian
tinggal cacian. Faktanya, semua itu tidak menjadikan Israel jeda
menyerang, bahkan makin membabi buta dan brutal. Ironisnya, para
penguasa negeri-negeri Islam hanya diam, tidak melakukan apa-apa, selain
melontarkan kecaman tanpa arti. Selebihnya, mereka sekadar
‘berbasa-basi’ dengan menggelar pertemuan tingkat tinggi yang tak
berguna, seakan itu perbuatan yang pantas dan cukup sebagai seorang
pemimpin. Padahal setiap detik, setiap nyawa manusia siap melayang di
tangan Israel.
Inilah kebangkrutan besar umat Islam
saat ini. Mereka hidup di bawah asuhan para pemimpin yang ‘impoten’.
Lebih dari itu, yang terjadi sesungguhnya, para penguasa negeri-negeri
Islam itu telah berkhianat kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan kaum Muslim.
Diamnya mereka tanpa memberikan pertolongan kepada kaum Muslim Palestina
adalah bentuk persengkokolan jahat mereka dengan bangsa-bangsa kafir.
Mereka persis seperti orang-orang munafik yang sejak awal kelahiran
Islam di bumi Yasrib (Madinah al-Munawarah) bersekongkol dengan
orang-orang Yahudi untuk mengeliminasi Rasul saw. dan kaum Mukmin.
Hari ini kita menyaksikan wajah-wajah
‘munafik’ para penguasa Muslim itu. Faktanya, para penguasa
negeri-negeri Islam saat ini makin menarik diri dari perannya atas nasib
kaum Muslim di Palestina. Mereka lebih membela kepentingan mereka
sendiri serta kepentingan pasukan perang salib modern. Mereka melatih
para tentara dan pasukan keamanan hanya untuk memberangus umat Islam dan
bukan untuk membela kepentingan umat Islam. Yang lebih menjijikkan,
para pemimpin Dunia Islam itu malah sering mencurigai umat Islam. Di
sejumlah negara Muslim yang diktator, setiap menit penguasa sibuk
menangkapi aktifis Islam, bahkan memberangus para mujâhidîn fillâh.
Dengan tipudayanya, mereka mentoleransi warga negaranya untuk berteriak
menumpahkan kekesalannya melalui berbagai aksi. Namun, pada saat yang
sama mereka mengebiri aksi-aksi itu dengan berbagai alasan yang sangat
tidak masuk akal. Akibatnya, solidaritas kaum Muslim di berbagai negeri
di luar Palestina hanya menjadi opini yang tidak berefek pada lahirnya
solusi praktis. Mereka seperti yang dilukiskan dalam firman Allah SWT:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama. Mereka menyuruh kemungkaran, melarang kemakrufan dan menggenggam tangan mereka. Mereka telah melupakan Allah. Allah pun melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah kaum yang fasik (QS at-Taubah [9]: 67).
Ironi memang, bagaimana mungkin
‘panggung sandiwara’ PBB dengan sutradaranya AS dkk (dengan hak vetonya)
dijadikan tempat bergantung oleh para penguasa Muslim. Mereka seolah
lupa bahwa sebenarnya ‘sang sutradara’-lah yang menjadikan Israel saat
ini ada dan eksis. Setiap hari Amerika membantu Israel $6,8 juta, yang
dibelanjakan untuk alat-alat perang dan kepentingan pertahanan Israel.
Bom-bom yang ditumpahkan di penduduk Gaza sepekan ini adalah bom-bom
yang baru pertengahan Desember 2008 dibeli dan dipasok oleh AS.
Sementara itu, rancangan resolusi DK PBB diveto AS dan Inggris dengan
alasan tidak seimbang jika tidak menekan Hamas agar menghentikan
serangan.
Di sisi lain, ‘kerajaan besar’ yang
bernama PBB terbukti telah menjadi media efektif bagi AS dan sekutunya
untuk menguasai nasib negeri-negeri Islam, sementara para penguasa
Muslim menjadi umalâ’ (antek-antek)-nya. PBB terbukti terlibat dalam
berbagai upaya pembantaian massal, seperti di Srebenica. PBB gagal dalam
‘misi perdamaian’-nya di Kongo dengan korban hampir 5 juta orang pada
akhir tahun 2000. Akibat mandulnya PBB, pada tahun 1994 pembantaian
massal di Rwanda menelan korban hampir 1 juta jiwa. PBB pun hanya
menjadi alat legalisasi bagi kepentingan-kepentingan AS, sebagaimana
ditunjukkan dalam tragedi Gaza-Palestina saat ini.
Solusi Islam
Islam dengan tuntunannya adalah solusi
dari setiap problem umat. Andai saja para penguasa negeri Islam
berpegang teguh pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw., seharusnya
mereka melakukan hal-hal berikut:
Pertama,
menyerukan jihad (perang) dan membuka pintu-pintu perbatasannya dengan
Palestina, seraya menggerakkan semaksimal kekuatan tentara yang mereka
miliki. Inilah yang wajib mereka lakukan dalam rangka memenuhi seruan
Allah SWT:
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama, maka kalian wajib menolong mereka. (QS al-Anfal [8]: 72).
Penguasa Muslim seharusnya mengubur rasa
takut dan kecemasan atas kekuatan semu Israel dan bangsa-bangsa
pendukungnya. Fakta membuktikan, Israel bisa dikalahkan oleh Hizbullah,
yang notabene bukan negara. AS mengalami kebangkrutan besar dalam perang
di Afganistan dan Irak karena tidak mampu mematahkan perlawanan para
mujahidin. Sesungguhnya orang-orang kafir sangat takut terhadap kekuatan
umat Islam (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 13).
Ironisnya, saat umat Islam berpikir
untuk melakukan jihad di Palestina, yang pertama kali menghalangi umat
Islam untuk berjihad justru para penguasa di negeri-negeri Islam itu
sendiri. Padahal Rasulullah saw.—sebagai kepala negara Daulah Islam di
Madinah saat itu—telah memberikan uswah (teladan) dengan bertindak cepat
dan tegas dengan cara membersihkan entitas Yahudi ketika mereka mencoba
melecehkan seorang Muslimah. Demikian juga sikap para Khalifah pada
masa-masa Kekhilafahan setelah Beliau.
Kedua,
negara
Israel harus dihapus sebagaimana Rasulullah saw. mengusir orang-orang
Yahudi dari semenanjung Arab. Sebab, akar persoalannya adalah berdirinya
negara Israel di tanah kaum Muslim. Tanah Palestina adalah hak dan
milik umat Islam yang diperoleh dengan tetesan darah dan airmata serta
mengorbankan banyak nyawa. Statusnya sebagai tanah Kharajiyah itu tidak
akan pernah berubah hingga Hari Kiamat. Karena itu, langkah damai
hanyalah manipulasi sekaligus merupakan pengakuan tak langsung terhadap
penjajahan bangsa Yahudi atas tanah kaum Muslim. Padahal para penguasa
Muslim saat ini seharusnya meniru para Khalifah dulu yang tidak pernah
membiarkan sejengkal pun tanah Palestina dikangkangi orang-orang Yahudi
kafir.
Ketiga,
para
penguasa negeri Islam seharusnya meninggalkan sistem jahiliah saat ini
dengan cara menerapkan syariah Islam secara total dalam institusi
Khilafah. Atau umat yang akan memaksa untuk mengganti mereka, cepat atau
lambat, hingga kesatuan dan persatuan umat Islam seutuhnya kembali
mewujud di bawah satu kepemimpinan seorang khalifah, lalu umat akan
berperang di belakang khalifah—yang berfungsi sebagai perisai—untuk
menghancurkan eksistensi Yahudi dan menghentikan penjajahan Amerika dan
sekutunya.
Keempat,
para
penguasa Muslim dan umat Islam harus keluar dari penjara besar sistem
kapitalis-imperialis pimpinan AS dan sekutunya, baik dari PBB maupun
lembaga-lembaga turunannya yang lain, seperti IMF, World Bank dll.
Wahai kaum Muslim!
Hendaknya kita tidak berhenti sebatas
berdoa dan menggalang solidaritas dalam bentuk bantuan uang dan
obat-obatan bagi saudara kita di Palestina. Yang tidak kalah pentingnya
adalah membangun kesadaran umat, bahwa mereka sangat membutuhkan
kesatuan di bawah satu kepemimpinan, yakni Khilafah. Sebab, hanya
Khilafahlah solusi final yang akan menghentikan kebiadaban Israel
sekaligus mengakhiri derita umat Islam di berbagai belahan dunia saat
ini.
Wallâhu a’lam. []
0 komentar: